Pilkada Riau mulai ke penghujung. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Riau akhirnya gelar Debat Publik Pertama untuk para Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Riau, yang disiarkan langsung di Kompas TV dan YouTube KPU Riau.
Tapi, ada tiga hal yang menarik bagi saya dalam debat publik malam tadi.
Pertama, kualitas pertanyaan para panelis sangat tajam, terarah dan langsung ke persolan daerah. Saya apresiasi pertanyaan yang di create oleh para panelis, dan memang disanalah letak persoalan daerah yang harus diselesaikan para calon pemimpin di Riau.
Kedua, kerenya pertanyaan panelis ternyata tak dapat jawaban mumpuni dari ketiga Paslon. Apapun alasanya, tapi itulah kondisinya. Agaknya para paslon hanya ingin mengkampanyekan programnya, bukan menjawab pertanyaannya. Pertanyaan kemana, jawaban ntah kemana.
Paslon terlihat sibuk untuk meyakinkan publik dengan sering berujar,”Pilihlah saya, izinkan saya dan bla bla saya untuk memimpin Riau.” Sehingga jawaban yang sampai ke publik terasa ‘hambar’. Tak tergambar juga critical thingking para paslon yang berdebat malam tadi.
Ketiga, para undecided dan swing voters harus kecewa dengan kualitas debat yang ditampilkan. Para pemilih di Riau, pasti belum semua punya pilihan. Apakah mau nyoblos Wahid, Nasir maupun Syamsuar. Bagi para pemilih yang belum menentukan (undecided) dan para swing voters–orang yang masih ragu akan pilihanya, bisa aja sekarang milih nomor 1, karena debat bisa berubah ke nomor 3–debat adalah salah satu momen penting untuk menentukan pilihannya. Makanya kualitas debat sangat penting bagi para pemilih realistis ini. Meskipun jumlahnya sedikit, tapi tak bisa juga dianggap remeh.
Memang tak ada yang semupurna, tapi setidaknya melalui debat, para pemilih realistis punya nilai yang akan menambah bobotnya atas pilihan yang telah mereka buat.
Tapi seorang teman juga menyadarkan saya, bahwa debat hanya formalitas. Takkan banyak berubah. Money politic mungkin tetap terjadi, meskipun ketiga pasang calon tegas menolaknya. Karena bagaimanapun, Pilkada soal logistik. Yang banyak, itu yang menang. Semoga tidak demikian.