Film Ipar Adalah Mau adalah film yang mudah ditebak. Sebelum menontonnya di salah satu bioskop di Pekanbaru, saya sudah bisa memprediksi; seorang ipar akan merusak rumah tangga saudaranya. Dan benar, Rani merusak rumah tangga Kakaknya; Nissa.
Mudah ditebak, bukan berarti tidak seru. Sama sekali bukan. Magnet film selingkuh, akhir-akhir ini memang kuat sih. Apalagi sejak series Layangan Putus. “Kenapa Capadocia? its my dream mas.”
Tapi, Ipar Adalah Maut besutan Hanung Bramantyo ini, beda cara ‘nyakitin’ hati penontonya. Kalau di Layang Putus, suami yang jadi tukang selingkuh adalah seorang executive muda, gagah, menawan, tapi di Ipar Adalah Maut, adalah suami yang penyayang, sopan, alim, lembut dan humoris. Terlebih, profesinya sebagai dosen menjadikannya idola banget deh.
Setidaknya, ada tiga orang pemeran kunci dalam film ini. Ada Aris, Nissa dan Rani. Aris adalah suami Nissa. Dan Rani adalah adik kandungnya Nissa.
Kok bisa Aris selingkuh? Sama Rani lagi. Disanalah konfliknya. Karena Ibunya Nissa takut Rani ngekost saat kuliah, Ibunya meminta Rani tinggal di rumah Nissa.
Prahara dimulai saat Aris dan Rani tak sengaja papasan, saat tengah malam mereka mau minum ke dapur. Aris mulai kepikiran Rani. Kedua, saat Aris menyelamatkan Rani dari pelecehan yang dilakukan teman kampusnya, tanpa sengaja bibir mereka bertemu. Ketiga, saat Rani keluar kamar mandi pake handuk doang. Aris semakin tergoda.
Dan endingnya saat Aris memperbaiki kran air kamar mandi Rani yang rusak, dan mereka basah-basahan berdua, dan terjadilah apa yang sudah pasti terjadi. Iman Aris goyah. Pertahanan runtuh. Akhirnya selingkuh. Ya, dengan adik kandung Nisaa, Ipar nya senidiri.
Saya suka dramanya. Tapi tak sampai bikin saya menangis. Saya membayangkan jika Nissa diperankan Marsha Timoty, dan Aris dibintangi Oka Antara.
Dramanya mungkin akan lebih hidup. Ekspresinya lebih dalam. Oka Antara yang memerani karakter Aris, akan lebih bisa menggambarkan betapa menyesal dan depresinya ia ketika semua yang ia lakukan telah menghancurkan Nissa, Rani dan bahkan membuat Ibu Mertuanya mati.
Marahnya Nissa juga akan lebih mampu menyayat hati jika Marsha Timoty ada didalam karakter tersebut. Baik ketika Nissa masih dalam tahap membuktikan kecurigaannya, atau bahkan setelah semua terungkap. Ekspresi kemarahan Nissa harusnya lebih dari yang ditampilkan, dan itu akan sangat bisa disampaikan jika Istrinya Vino Bastian yang perankan.
Meskipun alur ceritanya bisa dibaca, namun dramanya mampu menghadirkan rasa sedih dan marah yang berbeda. Ada sedikit tawa, dan banyak menimbulkan luka. Mautnya Ipar yang tinggal serumah, memang berhasil digambarkan Hanung dalam film yang penuh dengan amarah.